Renggalitidak mau menghukum Naga Hijau. Ia lalu menarik pedang yang terhunus di tubuh naga dan meminta si naga kembali ke kampung halamannya. Pada 'bukit' bekas tubuh naga terbentuknya sebuah sungai kecil yang dipenuhi rawa-rawa dengan genangan air. Sultan Meurah memberi nama wilayah tersebut Alue Naga. 4. Cerita Rakyat Sangkuriang, Jawa Barat
Kisah Alue Naga merupakan legenda dari daerah Aceh tentang penyelidikan Sultan Meurah terhadap kejadian aneh yang terjadi di sebuah desa dekat Kuta Raja. Penduduk desa kehilangan ternak dan bukit Lamyong menyebabkan gempa bumi dan tanah longsor. Sultan Meurah mengirim sahabatnya Renggali untuk menyelidiki dan Renggali mendaki bukit dan menemukan bahwa sebenarnya naga yang menyebabkan masalah. Naga itu adalah abdi Sultan Alam yang telah mengkhianati dan membunuh sahabat Sultan Alam, Raja Linge. Nah berikut cerita legenda Alue Naga dalam Bahasa Inggris & Bahasa Indonesia. ==== The Legend of Alue Naga The story of Dragon Alue is a legend that comes from the Aceh region. Once upon a time, Sultan Meurah heard that something was troubling his people in a village near Kuta Raja. Hearing that his people were facing trouble, Sultan Meurah visited the village. The villagers said their livestock was disappearing and the Lamyong hill was causing earthquakes and landslides. “Sir, many of our livestock disappeared while on the Lamyong hill,” complained a farmer. ” Sometimes the hill causes earthquakes so that landslides often occur and endanger people who happen to pass under it,” added another. “Since when did this happen?” asked Sultan Meurah. “It’s been a long time, my lord, before my lord’s father died,” explained another. === Sultan Meurah was curious about the hill and asked his best friend, Renggali, to find out what was going on. Renggali was the son of Raja Linge Mude. Renggali went to the hill and explored it from top to bottom, from the north to the south. He found that it was a strange hill and climbed to the top. Suddenly, warm water started flowing from under his feet. Renggali was surprised and jumped down. === Just then, the hill spoke and said, “Forgive the servant of King Linge’s son!” Renggali was shocked and asked who was speaking. The water was getting deeper, and the hill answered, “I am the dragon, your father’s friend.” There was a loud roar, and Renggali knew that he had found the source of the trouble. === Renggali was very surprised to see the hill shaped like a giant snake. “Is that you? Then where is my father? asked Renggali. He was even more shocked when the hill spoke and asked Renggali to call Sultan Meurah. “Call Sultan Alam, I will make a confession!” Hiss the hill. Renggali quickly went back to the palace to inform the Sultan about what had happened. When they arrived at the hill, the hill said it wanted to confess. ==== It turned out that the hill was actually the Green Dragon, a servant of Sultan Alam who had betrayed and killed Sultan Alam’s friend, Raja Linge. “Why didn’t Sultan Alam come?” A voice from the hills. “He’s been dead for a long time, it’s been a long time, why are you like this Green Dragon? We thought you had returned to your country, so where is King Linge?” Sultan Meurah asked. The Green Dragon explained that Sultan Alam had asked him to deliver gifts of swords to his friends. When the Green Dragon arrived at Raja Linge’s home, he found six white buffaloes that had been left as a gift for Sultan Alam. He became greedy and decided to keep the buffaloes for himself. The Green Dragon also killed Raja Linge when he tried to take the gift back. “Judge me, punish me,” asked the hill. “My servant has betrayed me, I deserve to be punished,” he continued. “The servant has stolen and spent the white buffalo gift from Tuan Tapa for Sultan Alam entrusted to us and the servant has killed Raja Linge,” he explained. “How can you kill your own friend?” asked Renggali. Renggali was horrified to hear the Green Dragon’s confession. He couldn’t believe that the dragon would betray and kill its own friend. ==== “I feel so sorry for what I did,” said the dragon. “I stole the buffaloes and blamed others for it. I never meant to hurt anyone, but my greed got the best of me.” The dragon stole two buffaloes and ate them. King Linge was searching for the thief and Green Dragon pointed the finger at the tiger king and crocodile king. Raja Linge then killed them. Green Dragon continued to steal buffaloes and eventually, Raja Linge caught him in the act. “What happened after that?” asked Sultan Meurah. “Raja Linge was so upset with me that we got into a big fight,” explained the dragon. “In the end, I was the one who killed Raja Linge. But I never wanted things to end up like this.” ===== Sultan Meurah was curious, “Why are you here, stuck like this?” The dragon explained, “King Linge stuck his sword into my body, making me unable to move. He then fell on top of me, and a blow from him caused the ground to split and I was buried here with him.” The dragon cried out, “Forgive me, punish me!” The Green Dragon said, “I accept my fate. Let me die and be buried with my friend.” But Sultan Meurah had a different plan, “Renggali, Give him punishment, you have the right to punish him.” Renggali replied, “My father does not want to kill him. I will free him.” But the Green Dragon begged, “No! I want to be punished for what I’ve done.” And so, Sultan Meurah ordered, “Then set him free!” Renggali and Sultan Meurah searched for King Linge’s sword, and after finding it, Renggali pulled it out. But the Green Dragon still wouldn’t move. He asked to be punished, but Sultan Meurah declared, “The punishment you received from King Linge was enough. His son has freed you. Go back to your country.” With tears in his eyes, the dragon slowly moved towards the sea, creating a groove or small river. This area on the outskirts of Kuta Raja was named Alue Naga, a place filled with swamps and a small river, surrounded by the tears of regret from a dragon who had betrayed his friend. === Legenda Alue Naga Suatu ketika, Sultan Meurah mendengar ada yang meresahkan rakyatnya di desa dekat Kuta Raja. Mendengar bahwa rakyatnya sedang menghadapi masalah, Sultan Meurah mengunjungi desa tersebut. Penduduk desa mengatakan ternak mereka menghilang, karena di bukit Lamyong sering terjadi gempa bumi dan tanah longsor. “Tuan, ternak kami banyak yang hilang saat berada di bukit Lamyong,” keluh seorang petani. “Sering terjadi gempa dan longsor sehingga membahayakan orang yang kebetulan lewat di bawahnya,” tambah yang lain. “Sejak kapan ini terjadi?” tanya Sultan Meurah. “Sudah lama tuanku, sebelum ayah tuanku meninggal,” urai yang lain. ==== Sultan Meurah penasaran dengan bukit tersebut dan meminta sahabatnya, Renggali, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Renggali adalah anak dari Raja Linge Mude. Renggali pergi ke bukit dan menjelajahinya dari atas ke bawah, dari utara ke selatan. Dia menemukan bahwa bukit itu aneh. Tiba-tiba, air hangat mulai mengalir dari bawah kakinya. Renggali terkejut dan melompat turun. ==== Seketika, bukit itu berbicara dan berkata, “Maafkan hamba, putra Raja Linge!” Renggali terkejut dan bertanya siapa yang berbicara. Air semakin dalam, dan bukit itu menjawab, “Aku naga, teman ayahmu.” Terdengar suara gemuruh yang keras, dan Renggali tahu bahwa dia telah menemukan sumber masalahnya. ==== Renggali sangat terkejut melihat bukit yang berbentuk seperti ular raksasa itu. “Apakah itu kamu si Naga Hijau? Lalu dimana ayahku? tanya Renggali. Ia semakin terkejut ketika bukit itu berbicara dan meminta Renggali untuk memanggil Sultan Meurah. “Panggil Sultan Alam, saya akan membuat pengakuan!” Desis bukit. Renggali segera kembali ke istana untuk memberi tahu Sultan tentang apa yang telah terjadi. Ketika mereka sampai di bukit, bukit itu mengatakan ingin mengaku. ==== Ternyata bukit itu sebenarnya adalah Naga Hijau, seorang anak buah Sultan Alam yang telah berkhianat dan membunuh sahabat Sultan Alam, Raja Linge. “Mengapa Sultan Alam tidak datang?” Suara dari bukit. “Dia sudah lama mati, sudah lama sekali, mengapa kamu seperti ini Naga Hijau? Kami pikir kamu telah kembali ke negaramu, jadi di mana Raja Linge?” tanya Sultan Meurah. Sang Naga Hijau menjelaskan bahwa Sultan Alam memintanya untuk mengantarkan hadiah berupa pedang kepada para sahabatnya. Ketika Naga Hijau tiba di rumah Raja Linge, ia menemukan enam ekor kerbau putih yang ditinggalkan sebagai hadiah untuk Sultan Alam. Dia menjadi serakah dan memutuskan untuk memakan kerbau-kerbau itu. Naga Hijau juga membunuh Raja Linge ketika dia mencoba mengambil kembali hadiah itu. “Hukum hamba, hukum hamba” kata bukit itu. “Hamba telah membunuh tuanku, hamba pantas dihukum,” lanjutnya. “Hamba telah mencuri dan menghabiskan kerbau putih pemberian Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang dititipkan kepada kami dan hamba telah membunuh Raja Linge,” jelasnya. “Bagaimana kamu bisa membunuh temanmu sendiri?” tanya Renggali. Renggali terkejut mendengar pengakuan Naga Hijau. Dia tidak percaya naga itu akan mengkhianati dan membunuh temannya sendiri. ==== “Hamba merasa sangat menyesal atas apa yang telah hamba lakukan,” kata sang naga. “Hamba mencuri kerbau dan menyalahkan orang. Hamba tidak pernah bermaksud menyakiti siapa pun, tetapi keserakahan menguasai hamba.” Naga itu mencuri dua kerbau dan memakannya. Raja Linge mencari pencuri dan Naga Hijau menuding harimau dan buaya. Raja Linge kemudian membunuh harimau dan buaya itu. Si Naga Hijau terus mencuri kerbau dan akhirnya, Raja Linge berhasil menangkapnya. “Apa yang terjadi setelah itu?” tanya Sultan Meurah. “Raja Linge sangat marah padaku sehingga kami bertengkar hebat,” jelas sang naga. “Pada akhirnya, hambalah yang membunuh Raja Linge. Tapi hamba tidak pernah menginginkan hal tersebut berakhir seperti ini.” === Sultan Meurah penasaran, “Kenapa kamu di sini, dan terjebak di sini?” Naga itu menjelaskan, “Raja Linge menancapkan pedangnya ke tubuh hmba, membuat hamba tidak bisa bergerak. Dia kemudian terjatuh di atas hamba, dan hantamannya menyebabkan tanah terbelah dan hamba terkubur di sini bersamanya.” Naga itu berteriak, “Maafkan hamba, hukum hamba!” Naga Hijau berkata, “Hamba menerima takdir hamba. Biarkan hamba mati dan dikubur bersama temanku.” Tapi Sultan Meurah punya rencana lain, “Renggali, beri dia hukuman, kamulah yang berhak menghukumnya.” Renggali menjawab, “Ayahku tidak mau membunuhnya. Aku akan membebaskannya.” Tapi Naga Hijau memohon, “Tidak! Hamba ingin dihukum atas apa yang telah hamba lakukan.” Maka, Sultan Meurah memerintahkan, “Kalau begitu bebaskan dia!” Renggali dan Sultan Meurah mencari pedang Raja Linge, dan setelah itu mencabutnya. Tetapi Naga Hijau masih tidak mau bergerak. Dia meminta untuk dihukum, tetapi Sultan Meurah menyatakan, “Hukuman yang kamu terima dari Raja Linge sudah cukup. Putranya telah membebaskanmu. Kembalilah ke negaramu.” Dengan berlinang air mata, naga itu perlahan bergerak menuju laut, menciptakan alur sungai kecil. Daerah di pinggiran Kuta Raja ini sekarang bernama Alue Naga, sebuah tempat yang dipenuhi rawa dan sungai kecil, dikelilingi oleh air mata penyesalan dari seekor naga yang telah mengkhianati temannya.
Marikita simak cerita legenda nusantara yang berasal dari provinsi riau, Kisah Legenda Alue Naga, Riau. Pada suatu hari Sultan Meurah mendengar rakyatnya mengeluh karena banyak hewan ternak mereka hilang di Bukit Lamyong. Dan juga, dalam kurun waktu belakangan ini gempa bumi kerap terjadi tanpa ada tanda-tanda dari alam sekitar.
0% found this document useful 0 votes9 views3 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes9 views3 pagesAlue Naga MIN 12 BIREUENAULIA FASHBIR KELAS V/6 "Legenda Alue Naga" Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatutempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Rajauntuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya. "Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan kejadian itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," jelas yang lain. Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Daridulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukitmemanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah."Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," jelas Renggali, "abanghamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!" Perintah berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukittersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompatkebawah sambil berguling."Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya bersuara. Renggalikaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sahabat ayahmu," terdengar jawaban dari bukit itudikuti suara gemuruh. Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di manaayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali."Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buruRenggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggalimenceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan."Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?" Tanya Sultan Meurah penasaran."Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?" tambahSultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukititu bergemuruh. "Mengapa Sultan Alam tidak datang?" Suara dari bukit. "Beliau sudah lamamangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkautelah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?" Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu."Hukumlah hamba Sultan Meurah," pinta bukit itu. "Hamba sudah berkhianat, hamba pantasdihukum," lanjutnya. "Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari TuanTapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh RajaLinge," jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, "bagaimana bisakamu membunuh sahabatmu sendiri?" Tanya Renggali."Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepadasahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge danTuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempatTuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke KutaRaja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalanhamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2 ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hambamemfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbitlagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, RajaLinge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya makadibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini RajaLinge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatanmembunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya,"cerita naga sambil berurai air mata."Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!" terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkauterjebak disini?" Tanya Sultan Meurah. "Raja Linge menusukkan pedangnya ke bagian tubuhhamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulanRaja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya," jelassang naga."Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba," pinta Naga Hijau. "Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya," kata Sultan Meurah. "Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba,hamba akan membebaskannya," jawab Renggali. "Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan perbuatan hamba," pinta Naga Hijau. "Kalau begitu bebaskanlah dia!" Perintah Sultan Meurah.

Tempatmandi putri bungsu dan enam bidadari lainnya kemudian dikenal dengan telaga Bidadari. Pesan moral dari Dongeng Legenda Indonesia ini adalah jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha dengan cara yang baik dan sah menurut hukum. Kita tidak boleh mencuri atau mengambil barang / properti orang lain karena suatu hari kita akan

Uploaded byhilminato 0% found this document useful 0 votes227 views1 pageDescriptionAlue nagaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes227 views1 pageCerita Rakyat Alue NagaUploaded byhilminato DescriptionAlue nagaFull descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!Continue Reading with Trial . 287 192 238 445 407 139 401 491

cerita rakyat alue naga